Sabtu, 22 Agustus 2009

KOntroversi nama Allah

Nama Allah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah zat yang Maha sempurna yang menciptakan alam semesta; Tuhan yang Maha Esa; yang disembah oleh orang yang beriman: demi-;hamba-;insya-;karena-;dibuat karena-menjadi murka-Perjanjian Baru dilakukan dengan maksud baik, tetapi disangka orang kurang baik.1
Penggunaan akan nama Allah selalu menjadi perdebatan klasik sepanjang zaman.Nama Allah selalu menjadi permasalahan dalam penyampain atau dalam pertemuan/dialog antara berbagai agama karena :
a. tidak pernah ada terjemahan kata ALLAH (huruf besar semua) didalam Alkitab Bahasa Indonesia Terjemahan Baru. Yang ada adalah TUHAN.
b. kata "Allah" tidak diterjemahkan dari "Yahweh/YHWH". Jadi secara etimologis, menterjemahkan Allah menjadi Yahweh dengan sendirinya sudah salah. Kata Allah itu adalah terjemahan dari kata Elohim (Ibrani no. 430). Dalam Alkitab bahasa Inggris diterjemahkan sebagai God. Elohim itu bukan nama pribadi tapi lebih mengacu pada nama jabatan sebagai Elohim.
Arti kata Elohim berasal dari sebuah akar kata yang mempunyai arti takut, dan menunjukkan Keallahan harus di takuti, dihormati, atau disembah. Orang-orang lain menelusurinya sampai pada akar kata yang berarti kuat, menunjukkan satu Keallahan yang kekuatannya besar. Meskipun tidak meyakinkan, bukti agaknya menunjukkan kepada arti kedua, dalam kasus Allah yang benar itu bahwa Dia adalah Yang kuat, Pemimpin yang Perkasa, Keallahan yang tertinggi.
Jika mengganti Elohim dengan Yahweh, ada beberapa hal yang berubah secara drastis terutama dalam doktrin Trinitas. Karena kata Elohim sendiri mengandung unsur jamak yang tunggal lain dengan YHWH yang memang nama pribadi. secara umum, ada tiga pandangan mengenai bentuk jamak ini :2
 Bersifat politeistik: yaitu, aslinya kata ini memiliki pengertian suatu Allah yang jamak dan hanya belakangan memperoleh arti yang tunggal. Tetapi monoteisme Perjanjian Lama adalah dinyatakan/diwahyukan, dan bukan di kembangkan politeisme.
 Jamak yang trinitarian: yaitu, Allah yang Esa yang berpribadi tiga tampak, atau paling sedikit diisyaratkan, dalam penggunaan bentuk jamak ini. Kejamakan ini mungkin memberi tempat bagi wahyu berikutnya tentang Trinitas. Tetapi berbeda sekali jika dikatakan bahwa bentuk jamak tersebut menunjukkan Trinitas.
 Jamak yang penuh keagungan. Kenyataan bahwa kata benda “Elohim” ini secara konsisten di pakai dengan bentuk kata kerja tunggal dan dengan kata sifat dan kata ganti dalam bentuk tunggal meneguhkan hal ini. Bentuk jamak yang agung ini menunjukkan kebesaran dan supremasi Allah yang tak terbatas.
Seperti yg di ketahui bersama, bumi langit dan segala isinya diciptakan oleh Elohim (Kejadian 1) yang adalah Tuhan, Firman dan Roh (Kejadian 1, Injil Yohanes 1). Jika mengganti Elohim dengan Yahweh, aktor dalam Kejadian ter-reduksi menjadi satu aktor yaitu Yahweh saja (bertentangan dengan Yohanes 1).
c. Kata "Elohim" dan "YHWH" tidak interchangeable, bukan bisa dipakai salah satu, tapi tulisan aslinya memang seperti itu, jika menggunakan text/dasar apa dalam menterjemahkan Elohim---Yahweh ?
d. Mengenai YHWH/Yahweh sendiri, dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai LORD, dalam bahasa Indonesia TUHAN (semua huruf besar). Dalam Alkitab Israel zaman sekarang, Yahweh juga diterjemahkan sebagai LORD dan Elohim sebagai GOD. Kayaknya tidak ada suatu keharusan untuk terus menggunakan kata Elohim dan Yahweh seperti yang tertulis di text bahasa Ibrani dalam penterjemahan text kitab suci.
Nama lain dari Allah yang sering di gunakan juga adalah El-Shaddai. Nama El-Shaddai ini berhubungan dengan bahasa Akkadian ( shadu )yang berarti gunung. Jadi nama ini menggambarkan Allah yang sedang berdiri di atas gunung. Nama ini sering digunakan untuk menghajar umat Allah ( Ruth 1:20-21 ).
El-Elyon. Nama Allah yang Mahatinggi, yang menekankan pada kekuatan, kedaulatan dan supremasi Allah. Nama ini pertama kali di gunakan oleh Melkisedek ketika ia memberkati Abraham ( Kej. 14;l9 ). Nama ini digunakan lagi semasa pembuangan ( Mzm.9:3; Dan.7:18,22,25,27 ).
El-Olam. Nama ini berarti Allah yang Kekal, berasal dari bentuk aslinya yang berarti “Allah Kekekalan”(Kej.21:33). Nama ini menekankan Allah yang tak berubah ( Mzm.100:5;103:17 ) dan di hubungkan dengan kekuatan-Nya yang tak pernah habis ( Yes.40:28 ).
El-Roi atau Allah yang Melihat ( Kej.16:13 ). Hagarlah yang memberi nama ini kepada Allah ketika Ia berbicara kepadanya sebelum kelahiran Ismael.
Nama-nama gabungan lain yang bukan tambahan nama Allah, melainkan gelar-gelar yang sering timbul untuk memperingati sesuatu peristiwa :3
1. Yahweh-Yireh, Tuhan yang menyediakan ( Kej.22:14 ).
2. Yahweh-Nissi, Tuhan adalah Panji-panjiku ( Kel.17:15 ).
3. Yahweh-Shalom, Tuhan itu damai Sejahtera ( Hak.6:24 ).
4. Yahweh-Sabbaoth, Tuhan alam semesta ( 1 Sam.1:3 ).
5. Yahweh-Makkaddeshkem, Tuhan yang menguduskan (Kel.31:13).
6. Yahweh-Roi, Tuhan adalah Gembalaku ( Mzm. 23:1 ).
7. Yahweh-Tsidkenu, Tuhan keadilan kita ( Yer.23:6 ).
8. Yahweh-Shammah, Tuhan hadir di situ ( Yeh.48: 35 ).
9. Yahweh-Elohim-Israel, Tuhan, Allah Israel ( Hak.5:3;Yes 17: 6 ).
Bagaimanapun juga, nama-nama ini menyatakan segi-segi lain dari karakter Allah.Karakter Allah yang begitu luar biasa dan ber-otoritas pada setiap daerah yang menyebabkan muncul berbagai nama Allah yang berbeda ( sesuai dengan konteks yang ada ).
Beberapa contoh nama-nama Allah dalam sesembahan berbagai bahasa dan budaya beserta dengan kriterianya :
• ELAH (ARAM) => nama generik sesembahan orang Ibrani dan orang Kristen dalam bahasa Aram.
• ADONAI (IBRANI) => julukan untuk mengganti nama pribadi yang sangat kudus yang tidak boleh disebut sembarangan, yaitu sebagai ganti nama YAHWEH.
• DEO/DEUS (LATIN) => nama generik untuk sesembahan menurut bahasa Latin (budaya Romawi).
• DOMINE (LATIN) => nama generik untuk yang dihormati menurut bahasa Latin (Budaya Romawi).
• ILAH (ARAB-ISLAM) => nama generik untuk sesembahan menurut bahasa Arab (kata ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi: "Tuhan").
• ALLAH (ARAB-ISLAM) => nama pribadi sesembahan orang Islam. Menurut Islam Pribadi ini adalah Yang Maha Besar, pencipta langit dan bumi.
• ALLAH (ARAB JAMAN JAHILIAH) => nama pribadi dari Dewa Air atau Dewa Bulan menurut konsep orang Arab Jaman Jahiliah.
• DEWA (INDONESIA) => nama generik untuk sesembahan budaya Hinduisme.
• BERHALA (INDONESIA) => nama generik untuk sesembahan kepercayaan Pantheisme.
• Tuhan, Allah, Lord, God, Theo, Kurios, Deo, Domine (ditulis dengan huruf besar pada huruf awal kata) adalah nama sesembahan monoteisme. Nama-nama ini tidak bisa ditulis dalam bentuk jamak. Jika ditulis dalam bentuk jamak maka haruslah ditulis dengan huruf kecil di awal katanya dan pengertiannya berubah menjadi sesembahan polyteisme.
Ilah, Dewa, Berhala, meskipun ditulis dengan huruf besar pada awal kata-nya dan juga ditulis dalam bentuk tunggal, adalah tetap merupakan nama generik sesembahan polyteisme. Nama-nama tersebut tentu saja bisa ditulis dalam bentuk jamak.
Nama Pribadi yang benar-benar otentik adalah "YAHWEH" (PL) "YESUS" (PB).Inilah nama pribadi Tuhan Pencipta dan Penguasa seluruh alam semesta. Catatan: Para penerjemah bahasa Inggris maupun LAI diperkirakan telah keliru menerjemahkan kata "Adonai,YAHWEH" dengan "the Lord GOD" dan "Tuhan ALLAH" (lihat : contoh-contoh dalam kitab Yehezkiel). Dalam bahasa Inggris kekeliruan tersebut tidaklah berakibat fatal, namun dalam bahasa Indonesia sangat fatal. Karena dalam kata "Tuhan ALLAH" tersebut, nama "ALLAH" telah berubah konotasi dari nama generik (predikat/jabatan) menjadi nama pribadi. Tentu saja hal ini bisa disebut fatal, sebab "ALLAH" adalah nama pribadi sesembahannya orang Islam, yang diklaimnya sebagai pribadi yang tidak beranak dan tidak diperanakkan. Sedangkan nama pribadi sesembahan orang Kristen adalah YAHWEH (PL) atau YESUS (PB). Yesus inilah yang oleh orang Kristen dikenal sebagai "Anak Allah" (istilah "Allah" di sini mengikuti versi terjemahan LAI).
Dalam menyanjung akan penggunaan nama Allah, hal lain yang harus di sadari juga adalah bahwa nama tersebut lebih condong kepada nama pribadi sesembahan dari agama Islam (memang agama Kristen juga memakai nama Allah, namun dalam konteks keseharian, penggunaan nama tersebut di anggap
terlalu “sakral’ untuk di ucapkan—lebih sering Yesus Kristus atau Tuhan). Di sini saya membedakan penggunaan tersebut karena yang saya perhatikan nama “Allah” identik penggunaannya oleh kaum muslim, sedangkan Kristen sendiri lebih ke penggunaan nama Yesus Kristus.
Penggunaan akan nama Allah, menurut hemat saya, di sesuaikan dengan konteks daerah atau negara tersebut, karena ini hanya masalah nama yang sebenarnya tidak perlu terlalu di perdebatkan. Namun harus ada kejelasan juga akan siapa “Allah” yang di sembah? Kalau Allah yang di sembah itu sama, maka lebih gampang untuk kita berdialog akan nama-Nya, namun jika berbeda, hal ini yang harus menjadi pertimbangan khusus dalam dialog antar agama atau aliran kepercayaan.
Daftar Pustaka
1. Ryrie C. Charles, Teologi Dasar, 1991, Yayasan Andi: Yogyakarta, 60-64
2. Abd-Alkitab Masih.Who is Allah in Islam. Villach,Austria : Light of Life.Tt
3. Andrew D. Clarke & W.Winter, Satu Allah Satu Tuhan
4. St.Darmawijaya Pr, Gelar-gelar Yesus,1987, Kanisius : Yogyakarta
5. Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,1990, Balai Pustaka : Jakarta, hal 23
by Yarun F. BIre (joy)-Institut Teologi Indonesia (INTI) Bandung